Tuesday, May 29, 2012

KOLOID


KOLOID
Sistem koloid sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh, hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi. Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan sebagai koloid. Jadi sistem koloid sangat berguna bagi kehidupan manusia.
  • Sistem Dispersi
  • Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi


















Jenis Koloid
tabel jenis-jenis koloid
No
Fase Terdispersi
Medium Pendispersi
Nama
Contoh
1
Padat
Padat
Sol Padat
Gelas Berwarna
2
Padat
Cair
Sol
Sol Emas
3
Padat
Gas
Aerosol
Asap
4
Cair
Padat
Emulsi Padat
Jeli
5
Cair
Cair
Emulsi
Susu
6
Cair
Gas
Aerosol Cair
Kabut
7
Gas
Padat
Buih Padat
Karet
8
Gas
Cair
Buih
Buih Sabun
-------------------------------------------------

1. Sol
Sol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel padat.
2. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid yang terdiri atas partikel padat atau partikel cair
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0901979/images/3.jpg
3. Emulsi
Emulsi adalah sitem koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya zat cair.

4. Buih
Buih adalah sistem koloid yang terdiri atas fase terdispersi gas dalam medium pendispersi zat cair
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0901979/images/5.jpg
5. Gel
Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan cair.
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0901979/images/2.jpg

Sifat-sifat khas koloid meliputi :
a.
Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b.
Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/koloid1%20kim-1.jpg
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/Image/koloid2%20kim-1.jpg

Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+


Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-

c.
Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
d.
Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e.
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid Liofil:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob:
sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.

PERBANDINGAN HIDROFILIK DAN HIDROFOBIK
Hidrofilik
Hidrofob

Mengadsorpsi medium pendispersi
Tidak mengadsorpsi medium pendispersi

Memberikan Efek Tyndall yang lemah
Efek Tyndall Kuat

Viskositas lebih besar
Viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya

Stabil pada konsentrasi yang lebih besar
Stabil pada konsentrasi kecil

Tidak mudah digumpalkan dengan oenambahan elektrolit
Mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit

Bersifat Reversibel
Bersifat ireversibel


-------------------------------
Dampak dari Koloid
Koloid tidak hanya menguntungkan bagi kehidupan kita, namaun koloid juga dapat menimbulkan hal yang merugikan dalam kehidupan seperti berikut ini :
Pencemaran Lingkungan Oleh Koloid
Asbut , istilah adaptasi dari bahasa Inggris smog ( smoke and f og ), adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan.
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/Web%202011/0901979/images/dampak_clip_image002.jpg
Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama, seperti kasus di kota kota besar di dunia dan terus menumpuk hingga berakibat membahayakan. Selain itu, asbut mengandung partikel-partikel yang dapat membahayakan paru-parudan menyebabkan batuk. Asap yang mengandung belerang dioksida (SO 2 ) yang dapat bereaksi dengan olsigen dan uap air membentuk asam sulfat yang turun bersama hujan mengakibatkan hujan asam. Selain itu , asbut juga mengandung berbagai gas yang terbentuk dari serangkaian reaksi fotokimia. Reaksi fotokimia adalah reaksi yang berlangsung di bawah sinar matahari. Gas-gas tersebut adalah ozon, aldehida, dan peroksiasetil nitrat.
Debu adalah sistem koloid yang terdiri dari partikel-partikel padat terdispersi dalam udara. Contoh debu yang menyebabkan pencemaran udara dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan adalah debu asbes. Asbes merupakan campuranserat silikat dengan semen. Serat asbeb membentuk sistem koloid dengan udara berupa debu. Debu yang mengandung serat asbes tersebut disebut debu asbes. Debu asbes in jika terhirup akan melukai paru-paru.
Sol, sol yang dimaksud disini adalah lumpur koloidal yang terbentuk akibat koagulasi zat pencemar di dalam air. Selain itu sol sabun dan sol detergen pun banyak mencemari air. Di dalam air sol ini tidak membentuk larutan maelaikan membentuk sistem kolid. Sehingga jika berada dalam air maka akan mengancam kehidupan biota air yang ada dalam sungai.



Pemanfaatan Koloid
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai 75.000 volt).  Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel  bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
c. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa  koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air. Kadang-kadang air  dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan  secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut 
dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang  dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak  terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Untuk memperjelas tentang penjernihan air perhatikan flash dibawah ini
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum diolah), namun pada  dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini  memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda yang berupa koloid  tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada  tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,     besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl 2 Fe 2 (SO 4 ) 3 ). Pemberian koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga untuk menjadikan  pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara 5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.